Thursday, October 24, 2013

Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sel Darah Putih (Leukemia)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Leukemia berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal.

Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia. Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).

1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Imun Dan Hematologi
2.      Mengetahui Proses Terjadinya Leukemia
3.      Mengetahui Proses Asuhan Keperawatan pada Leukemia

1.3 Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan Leukemia.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Medik
2.1.1 Pengertian Leukemia
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang berebihan dari sel darah putih.

Leukemia juga bisa didefinisikan sebagai keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gngguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietic.
2.1.2 Epidemiologi
Leukimia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan.
2.1.3 Etiologi
Beberapa factor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia :

1.           Factor genetic
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kli ebih banyak dari normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan congenital dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis congenital, sindrom ellis van grevelend, penyakit seliak, sindrom bloom, anemia fanconi, sindrom klenefelter, dan sindrom trisomi D.

2.           Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan factor eksternal yang paing jelas dapat menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia. Angka kejadian leukemia mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronis (LGK) jelas sekali meningkat sesudah sinar radioktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia pada 6 % klien, dan baru terjadi sesudah 5 tahun.

3.           Virus
Beberapa viru tertentu sudah terbukti menyebabakan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai penyebabeukimia, yaitu enzyme reverse transcriptase ditemukan daalam darah manusia.
2.1.4 Klasifikasi
Leukima dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1.      Maturasi sel
·         Akut
·         Kronis
2.      Tipe sel asal
·         Mielositik
·         Limfositik

2.1.5 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.

2.1.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a.      Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan femur.
b.      Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c.       Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d.      Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

2.1.8 Penatalaksanaan
a.      Kemoterapi
Kemoterapi pada penderita LLA
·         Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
·         Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
·         Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
·         Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
Kemoterapi pada penderita LMA
·         Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
·         Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.

Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
·         Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
·         Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
·         Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
·         Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
·         Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif.

Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
·         Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
·         Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
b.      Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c.       Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d.      Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

2.2              Proses Keperawatan Klien Dengan Leukemia

Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut:
1.         Riwayat pemajanan pada factor-faktor pencetus, seperti pemajanan pada dosis besar radiasi, obat-obatan tertentu secara kronis, dan riwayat infeksi virus kronis.
2.         Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi :
Pembesaran sumsum tulang dengan sel-sel leukemia yang seanjutnya menekan fungsi sumsum tulang, sehingga menyebabkan beberapa gejala dibawah ini :
·           Anemia : penurunan berat badan, kelelahan, pucat, malaise, kelemahan, dan anoreksia
·           Trombositopenia : perdarahan gusi, mudah memar, petekie, dn ekimosis
·           Netropenia : demam tanpa adany infeksi, berkeringat malam hari
Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan beberapa gejala seperti hepatomegali, splenomegali, limfadenopati, nyeri tulang dan sendi, serta hifertropi gusi.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut :
1.      Darah lengkap : menunjukan adanya penurunan hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah dan trombosit. Jumlah sel darah putih meningkat pada leukemia kronis, tetapi juga dapat turun, normal, atau tinggi pada leukemia akut
2.      Aspirasi umsum tulang dan biopsy memberikan data diagnostic definitive
3.      Asam urat serum meningkat karena pelepasan oksipurin setelah keluar masuknya sel-sel leukemia cepat dan penggunaan obat sitotoksin
4.      Sinar X dada : untuk mengetahui uasnya penyakit
5.      Profil kimia, EKG, dan kultur specimen : untuk menyingkirkan masalah atau penyakit lain yang timbul
Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data dasar pengkajian , diagnostic keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut :
1.      Nyeri b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan proliferative gastrointestinal dan efek toksik obt kemoterapi
3.      Kelemahan b.d anemia
4.      Berduka b.d kehilangan kemungkinan terjadi karena perubahan peran dan fungsi diri
5.      Gangguan integritas kulit : alopesia b.d efek toksik kemoterpi
6.      Gangguan gambarandiri b.d perubahan penampilan dalam fungsi dan peran
Dx Kep. I : Nyeri b.d infiltrasi leukosit jaringan sistemik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurng
Kriteria Evaluasi
1.      Melaporkan penurunan tingkat nyeri
2.      Menjelaskan bagaiana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri
3.      Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan
4.      Menunjukan penurunan tand-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri
5.      Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik
6.      Mengidentifikasi strategi peredaan nyeri
Intervensi Keperawatan
INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji karakterisik nyeri : lokasi, kualitas, frekuensi, dan durasi
1. Memberikan dasar untuk mengkaji perubahan pada tingkat nyeri dan mengevaluasi intervensi
2.      Tenangkan klien bahwa anda mengetahui nyeri yang dirasakan nya adlah nyata dan bahwa anda akan membantu klien dalam mengurangi nyeri tersebut
2. Rasa takut bahwa nyerinya tidak dianggap nyata dapat meningkatkan ansietas dan mengurangi toleransi nyeri
3.      Kaji factor lain yang menunjang nyeri, keletihan, dan marah klien
3.Memberikan data tentang factor-faktor yang menurunkan kemampuan klien untuk menoleransi nyeri dan meningkatkan tigkat nyeri klien
4.      Berikan analgetik untuk meningkatkan peredaan nyeri optimal dalam batas resep dokter
4.Analgetik cenderung lebih efektif ketika diberikan secara dini pada siklus nyeri
5.      Kaji respons prilaku klien terhadap nyeri dan pengalaman nyeri
5.Memberikan informasi tambahan tentang nyeri klien
6.      Kolaborasikan dengan klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain ketika mengubh penatalaksanaan nyeri diperlukan
6.Metode baru pemberian analgetik harus dapat diterima klien, dokter, dan tim perawatan kesehatan lain agar dapat efektif, partisipasi klien menurunkan rasa ketidakberdayaan klien
7.      Berikan dukungan  penggunaan strategi pereda nyeri
7.Memberikan dorongan strategi peredaan nyeri yang dapat diterima klien dan keluarga


Dx Kep. II : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek toksik obat kemotrapi.
Tujuan : Mengurangi mual muntah sebeluum, selama dan sesudah pemberian kemotrapi.

Kriteria  Evaluasi
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan pada klien dengan masalah nutrisi.
1.      Melaporkan penurunan mual
2.      Melporkan penurunan muntah
3.      Mengkonsumsi cairan dan makanan yang adekuat.
4.      Menunjukkan penggunaan distraksi, relaksasi, dan imajinasi ketika diinndikasikann.
5.      Menunjukan turgor kulit normanl dan membran nukosa yang lembab.
6.      Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan.

Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar rasa mual dan muntah klien dapat berkurang. Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.

Intervensi
Rasional
1.Sesuaikan diet sebelum dan sesudah pemberian obat sesuai dengan kesukaan dan toleraansi klien.
1.Setiap klien berespons secara berbeda terhadap makanan setelah kemoterapi, makanan kesukaan dapat meredakan mual dan muntah klien.
2.Cegah pandangan, bau, dan bunyi – bunyi yang tidak menyenangkan di lingkungan.
2. Sensasi tidak menyenangkan dapat menstimulasi pusat mual dan muntah.
3.Gunakan distraksi, relaksasi, dan imajinasi sebelum dan sesudah kemoterapi
3. Menurunkan ansiestas yang dapat menunjang mual dan muntah
4.Berikan antiemetik, sedatif, dan kortikosteroid yang direserpkan
4. Kombinasi terapi obat berupaya untuk mengurangi mual muntah melalui kontrol berbagai faktor pencetus
5.Pastikan hidrasi cairan yang adekuat sebelum, selama, dan sesudah pemberian obat. Kaji intake dan output cairan.
5. volume cairan yang adekuat akan mengencerkan kadar obat, mengurangi stimulasi reseptor muntah.
6.Berikan dukungan kepada klien agar dapat menjaga personal higiene dengan baik.
6. mengurangi rasa kecap yang tidak menyenangkan
7.Berikan tindakan pereda nyeri jika di perlukan
7. Meningkatkan rasa nyaman akan meningkatkan toleransi fisik terhadap gejala yang dirasakan.

Dx Kep. III : Kelemahan yang berhubungan dengan anemia.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan

Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada klien dengan masalah nyeri adalah bila didapatkan adanya hal – hal berikut ini.
1.      Melaporkan penurunan tingkat keletihan
2.      Meningkatkan keikutsertaan dalam akivitas secara bertahap
3.      Istirahat ketika mengalami keletihan
4.      Melaporkan dapat tidur lebih baik
5.      Melaporkan energi yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas
6.      Mengonsumsi diet dengan masukan protein dan kalori yang di anjurkan

Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar kelemahan klien berkurang dan klien dapat melakukan aktivitanya dengan baik.

Intervensi
Rasional
1.Berikan dorongan untuk istirahat beberapa periode selama siang hari, terutama sebelum dan sesudah latihan fisik.
1.Selama istirahat, energi dihemat dan tingkat energi di perbaharu. Beberapa kali periode istirahat singkat mungkin lebih bermanfaat di bandingkan satu kali periode istirahat yang panjang
2.Tingkatkan jam tidur total pada malam hari
2.Tidur membantu untuk memulihkan tingkat energi
3.Atur kembali jadwal setiap hari dan atur aktivitas untuk menghemat pemakaian energi
3.Pengaturan kembali aktivitas dapat mengurangi kehilangan energi dan mengurangi stresor
4.Berikan masukan protein dan kalori yang adekuat
4.Penipisan kalori dan protein menurunan toleransi aktivitas
5.Berikan dorongan untuk teknik relaksasi
5.Peningkatan relaksasi dan istirahat psikologis dapat menurunkan keletihan fisik
6.Kolaborasi pemberian produk darah sesuai yang di resepkan
6. Penurunan hemoglobin akan mencetuskan klien pada keletihan akibat penurunan ketersediaan oksigen







BAB III
PENUTUP

3.1     Simpulan

Leukemia berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan sel kanker yaitu Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, penurunan berat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal pada bagian tubuh yang sehat.














DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.